1.12.08

LARA DESEMBER


Desember seperti biasa selalu basah dan dingin......
seperti hari itu....hujan rintik-rintik mengawali hari. Mendung bergelayut tak mau pergi. Decha enggan beranjak dari tempat tidurnya. Apalagi semalam ia harus begadang hingga pagi untuk menyelesaikan bahan meeting pagi ini. Matanya masih merah karena kurang tidur. Akhirnya. dengan malas disingkirkannya selimut berwarna hijau lumut itu dari atas tubuhnya. iapun segera menuju ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin.

Dengan rambut yang masih basah Decha memasuki ruang meeting. Sepanjang hari itu ia habiskan di ruang meeting bersama para klien. Tapi sungguh pikirannya liar berlarian entah kemana. Dan itu karena sebuah undangan.

Undangan itu masih tergeletak di atas meja kerjanya. belum sempat dibuka. Tapi di cover depan undangan berwarna kuning gading itu terpampang dengan jelas wajah sepasang insan yang sedang berbahagia. Tegar dan Aisyah dalam balutan kebaya jawa yang anggun.

Decha menghela nafas panjang... seharusnya dalam undangan itu adalah aku, begitu bathinnya. Bukan Aisyah yang baru dikenal tegar setahun yang lalu.

Decha menerawang mengingat begitu panjang kisahnya bersama Tegar.....

Waktu itu diujung Desember menjelang tahun baru Millenium, sembilan tahun yang lalu.... Hari itu hari ulang tahun Decha yang ke 18 tahun. Di hari itu pula Tegar mengajaknya untuk menghabiskan malam tahun baru bersama-sama. Mereka 3 berpasangan menyusuri setiap sudut kota sambil tertawa bahagia. Dan tepat saat jam berdentang menandai pergantian tahun, Tegar memintanya menjadi kekasih.

Selama waktu perkuliahan, percintaan diantara mereka berdua diwarnai putus-nyambung. Maklumlah mereka sama-sama belajar "melihat" dunia dengan cara pandang yang berbeda. Dan di akhir Desember pula saat Decha mesti berpamitan pada Tegar yang waktu itu masih menyelesaikan skripsinya. Decha yang waktu lulus duluan ingin melanjutkan kuliahnya di Jakarta. Kebetulan kakak decha yang dokter tinggal dan menikah disana. Jadi decha merasa akan lebih mudah kalau dia melanjutkan S2nya di Jakarta.

Awalnya semua berjalan lancar-lancar saja. Sebulan sekali Tegar mengunjunginya di Jakarta. Atau sebaliknya yang Decha pulang ke Malang. Sms dan telpon tak pernah terputus.

Hingga Desember tahun lalu, tepat tahun delapan tahun kisah mereka berdua... ketika itu Decha pulang ke Malang tanpa pemberitahuan pada Tegar. Decha ingin Tegar terkejut ketika ia tiba-tiba masuk di ruang kerjanya.

Desember masih hujan saja, basah dimana-mana. Decha keluar dari taksi yang mengantarkannya, dengan sedikit berjinjit ia berjalan menuju kantor Tegar. Dibukanya ruang kerja Tegar. Sepi!
Jam 12 siang wajar-wajar saja kalau kantor itu sepi. Beberapa orang ngobrol di sudut ruangan sambil menyeruput kopi panas dari cangkir masing-masing. beberapa lagi berkutat dengan komputer untuk menghabiskan waktu makan siangnya.

Pandangan decha menyapu setiap sudut ruangan kerja Tegar. Masih seperti terakhir kali ia kesana. Tiga bulan yang lalu. Lama menunggu dengan hati tak sabaran Decha mendesak sekertaris Tegar untuk memberitahu dimana Tegar makan siang. Tapi gadis mungil itu cuma menggeleng saja. Sambil menyarankan agar Decha menghubungi ponsel Tegar.

Sempat dalam hati decha berniat untuk menelpon Tegar, tapi kemudian dibatalkannya... ini khan kejutan!!! begitu pikirnya....

Dua jam berlalu.... Sosok Tegar muncul dibalik pintu. Seulas senyum tersapu pada wajahnya, senyum pias....

"Surprise!!!!!.... " jerit Decha sambil berlari memeluk Tegar.
"Lama tak ketemu,honey!! Miss u so.... Abis makan dimana??? Kok lama sekali sih?? aku nunggu kamu 2 jam tau hon!!!" kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut decha. Tapi kemudian dia terdiam, matanya tertuju pada sesosok gadis berjilbab di belakang Tegar.
"Ehm.... aku gak tau kalau kamu lagi ada relasi... Maaf ya.... " katanya dengan salah tingkah.

Tegar diam saja, wajahnya seakan beku. dan tak lama kemudian tangan dinginnya menggandeng Decha untuk masuk keruangannya. Sementara di gadis berjilbab mengikutinya dari belakang.

"Cha, kenalin ini Aisyah" kata Tegar singkat. Tapi kata-kata itu terasa begitu menusuk di telinga Decha. Selama ini Tegar tak pernah memanggilnya dengan sebutan nama begitu. Biasanya Tegar memanggilnya dengan sebutan "yang"... atau "babe"... ya begitulah pokoknya yang mirip-mirip.

Tapi decha mengulurkan tangannya juga ke gadis berjilbab yang ternyata bernama Aisyah itu.
"Aisyah ini seorang perawat. Kami berkenalan beberapa bulan yang lalu ketika aku sakit. Dan aku rasa kami cocok satu sama lain...."
Decha masih terdiam, dia masih tak mengerti dengan penjelasan panjang lebar Tegar.
"Orang tua kami sudah bertemu satu sama lain, dan kemungkinan Tahun depan kami akan menikah"
Dalam diamnya decha menangis, saat ia ingin memberikan Tegar kejutan dengan kehadirannya tapi ternyata ia yang diberikan kejutan. Dan tanpa basa-basi pula ia memberitahukan semuanya. Seakan tak menyimpan sedikitpun perasaaan khawatir Decha akan terluka dengan penjelasannya itu.
"Sebenarnya sudah lama aku ingin memberitahukanmu, tapi kamu terlalu sibuk dengan tesismu dan proyek-proyekmu..."
Penjelasan Tegar selanjutnya tak lagi jelas di telinganya.... decha keluar dari ruangan itu dengan menangis, ia pun pergi dengan langkah gontai di bawah hujan desember...

Desember itupun berlalu dalam luka bagi decha, penjelasan semanis apapun dari Tegar tetap melukai hatinya. delapan Tahun kisah cintanya berakhir begitu saja, mungkin dulu bila ia menuruti Tegar untuk tak ke Jakarta tapi menikah dengannya tentu ia tak kan terluka seperti ini. Tentu ia yang akan ada di undangan itu... Ada banyak kata andai di kepalanya....

Masih saja hujan dan basah Desember ini... dan luka itupun belum jua tersembuhkan.....


(Brother Bear... Just mirip doank!!!)

Tidak ada komentar: